Dalam wawancara dengan televisi al-Arabiya, Olmert menyatakan pihaknya tidak ingin berperang, dengan melawan rakyat Palestine tapi hanya ingin melawan Hamas. "Jangan biarkan Hamas melakukan tindakan yang bertentangan dngan nilai-nilai Islam, yang menempatkan Anda dalam bahaya," kata Olmert seolah lupa bahawa serangan yang dilakukan Israel selama satu tahun lebih, dan serangan-serangan pihak Israel telah membuat rakyat Palestine di Jalur Gaza menderita.
Di Kairo, Menteri luar negara Israel Tzipi Livni mengatakan ia sudah "tidak tahan" melihat perkembangan situasi setelah selesainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas di Gaza.
"Apa yang dilakukan Hamas sudah cukup. Hamas harus faham bahawa kami ini hidup damai, dan itu ertinya Israel tidak akan membiarkan situasi ini berkepanjangan," ungkap Livni di sela-sela pertemuan dengan Presiden Mesir Husni Mubarak.
Pada kesempatan itu Livni mengatakan, ia datang ke Mesir bukan untuk "menyetujui operasi militer ke Jalur Gaza" tapi "untuk mendiskusikan situasi Israel dan apa yang harus dilakukan Israel untuk melindungi warganya."
Sementara itu, Mesir meminta Hamas dan Israel untuk menahan diri, dan meminta mereka memulakan kesepakatan baru antara keduanya, dapat diwujud kembali. Menteri luar Mesir Ahmed Aboul Gheit dalam keterangan pers bersama Livni menegaskan bahawa Mesir tidak akan berhenti melakukan upaya tempat perantaraan sepanjang pihak-pihak yang bertikai menginginkannya.
"Tapi susah bagi saya membayangkan, bahawa kita dapat meyakinkan kedua belah pihak untuk kembali melakukan gencatan senjata selagi masih ada sikap kekerasan," kata Gheit.
Para pejuang Hamas menembakkan roket-roketnya ke wilayah Israel, sebagai respon atas serangan udara Israel ke Rafah yang menewaskan seorang warga Palestine
Abbas Ajak "Damai" Hamas
Hari Khamis kelmarin, Presiden Palestine Mahmud Abbas mengajak Hamas untuk kembali ke meja perundingan untuk membahas perhubungan dengan Fatah. Abbas mengatakan, bahawa pihaknya tidak bermaksud untuk menyingkirkan Hamas kerana Hamas adalah bahagian dari rakyat Palestine meskipun memiliki visi yang berbeda dengan Fatah.
"Kami ingin mereka (Hamas) menemukan jalan yang benar, kami tidak dapat menerima situasi dimana bangsa kami berpecah belah. Kami menyerukan Hamas untuk melanjutkan dialog peringkat negara," ujar Abbas dari Tepi Barat.
Abbas juga menyatakan bahawa Fatah tidak ingin bermusuh dengan Hamas. "Perang biasa adalah perang yang merosak, dan tidak akan menghasilkan apa-apa," ujarnya.
Akhir-akhir ini, Abbas mengancam jika Hamas menolak berdialog sampai akhir tahun ini, ia akan mempercepat pilihanraya parlimen dan pilihanraya presiden. Sedangkan Hamas menegaskan, mereka tidak akan mengakui kepemimpinan Abbas begitu masa jawatan Abbas berakhir pada tanggal 8 Januari 2009 dan Hamas tidak akan membiarkan adanya percepatan pilihanraya sampai jadual pelihanraya yang sebenarnya pada Januari 2010 mendatang. (ln/aljz/aby/YN)
Label: artikel
Catat Ulasan
<< Hadapan