Hal lainnya adalah dengan menyiapkan keadaan generasi berikutnya harus lebih baik dari sebelumnya. Maka warisan yang ditinggalkan untuk mereka adalah warisan-warisan kemuliaan. Sehingga mereka mengikuti jejak para pendahulunya yang mempunyai akhlaq mulia. Bila menginginkan generasi sesudahnya menjadi pemberani maka wariskan sifat berani pada mereka. Namun bila diwariskan sifat takut dan pengecut maka janganlah mengharap generasi berikutnya menjadi orang-orang yang hero dan menjadi pautan manusia yang lain.
Abul ‘Ala Al Mahududi menegaskan bahawa untuk mewariskan keturunan dan generasi yang lebih baik maka jangan lakukan sifat-sifat rendahan, kerana itu akan menjadi contoh bagi mereka. Ingatlah kebaikan akan mewariskan kebaikan dan keburukan akan mewarisi keburukan pula. Oleh kerana itu Allah SWT. telah mengingatkan agar memperhatikan nasib generasi berikutnya dengan mewariskan nilai-nilai kebaikan untuk menjadi dhawabith khairiyah bagi mereka.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (SURAH. An Nisa’: 9)
Adalah hal yang patut dipikirkan para aktivis dakwah untuk selalu menanamkan tekad dan kemahuan agar melahirkan generasi yang terbaik dengan selalu berpegang pada sikap-sikap keteladanan yang di antaranya sikap asy syaja’ah.
As Shabru Ala Ath Tha’ah (Bersabar Terhadap Ketaatan)
Keberanian akan terus ada pada diri aktivis bila mereka bersabar. Sabar terhadap peristiwa yang mereka alami. Kerana kesabaran itu merupakan senjata yang ampuh yang memberikan ketahanan menghadapi tekanan berat sekalipun. Dengan kesabaran kita pun dapat membandingkan kejadian yang dirasakan generasi yang lalu dengan yang sedang kita rasakan . Mereka tentu telah mengalami cubaan yang lebih berat berbanding yang kita alami saat ini. Dengan kesabaran ini kita dapat bertahan dan terus maju melangkah di atas jalan dakwah dengan gagah berani.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saat menasihati Khabbab bin Al Arts yang berkeluh kesah atas beratnya penderitaan yang dialaminya, beliau mengingatkan Khabbab akan perjuangan para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang jauh lebih berat tapi mereka tetap berani dan tabah. Jadi kita dapat memupuk keberanian dan kesabaran dengan berkata, “Ah… cubaan ini belum seberapa berbanding yang pernah dialami orang-orang soleh terdahulu“.
Oleh sebab itu bekal kesabaran tidak boleh dalam keadaan sedikit ukurannya. Kesabaran mesti dalam keadaan yang selalu cukup dan bertambah. Kerana kesabaran yang kuat menjadi senjata dalam menyelamatkan diri atas cubaan-cubaan berat dakwah ini. Allah SWT. pun mengingatkan agar sentiasa bersabar dan menguatkan kesabaran.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (SURAH. Ali Imran: 200)
Al Ajru min Allah (Berharap Balasan Dari Allah)
Seorang aktivis juga dapat mengusung dakwah ini dengan berani kerana berharap balasan yang besar dari Allah SWT. Balasan yang dijanjikan ini mengurangkan perasaan takut akan ancaman dalam memperjuangkan dakwah. Rasa takut akan segera sirna bila balasan yang dijanjikan jauh lebih besar dari apa yang diderita saat itu. Bahkan balasan yang pasti diberikan itu dapat menjadi batu loncatan semangat juang aktivis untuk terus berada di jalan dakwah dan memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. Maka balasan Allah SWT. itu harus tertanam dengan baik pada diri aktivis dakwah. Seakan-akan semua balasan itu ada di kelopak mata.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surah Fushshilat: 30 - 32)
Bila balasan yang dijanjikan Allah SWT. sentiasa terngiang-ngiang dalam benak aktivis maka tidak ada alasan untuk takut dan pengecut. Rasulullah SAW. mengingatkan Abdullah bin Harits yang mengungkapkan keinginannya untuk masuk Islam. Namun ia perlu mengajukan dua syarat yang memang terjadi pada dirinya. Pertama, tidak dibebankan infak kerana dia orang yang termiskin di keluarga dan kabilahnya dan tidak pula diwajibkan berperang kerana dia seorang yang penakut. Nabi menjawab, ‘wahai Abdullah, bila itu kamu syaratkan lalu dengan apa kamu akan masuk syurga?’. Maka Abdullah menunduk dan berkata, ‘kalau begitu, ya Rasulullah aku akan berinfak dan akan berjuangan di jalan Allah SWT’. Begitulah akhirnya Abdullah bin Harits berada di barisan terdepan di jalan dakwah tanpa rasa takut dan lemah.
WaallahuAlam bishowab..
Label: artikel
Catat Ulasan
<< Hadapan