Manakala Allah SWT. berbicara tentang penyelamatan dakwah, maka aspek asy syaja’ah ini yang selalu disebut-sebut oleh-Nya. Sebagaimana dalam Surah At Taubah: 40, ‘Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (iaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana’.
Di samping itu sikap syaja’ah para aktivis menjadi sebab dakwah berkesinambungan di muka bumi ini. Dengan syaja’ah dakwah ini berjalan terus sekalipun harus melewati bukit berduri ataupun tembok besar. Beresiko berat ataupun ringan. Dengan keberanian para pejuang dakwah, ajaran Islam ini menambah ke berbagai pelusuk dunia bahkan sampai pada diri kita saat ini. Padahal bila dilihat tentangan dan rintangan yang dihadapi sangat berat. Tentangan alam, geografi, budaya, mahu pun rintangan dari musuh-musuh dakwah. Tanpa keberanian mereka, perjalanan dakwah ini akan tertatih-tatih lantaran ketakutan yang melemahkan gerak dakwah ini.
Da’aimu Asy Syaja’ah (bentuk Keberanian)
Sikap asy syaja’ah merupakan tuntutan dakwah maka para aktivis mesti selalu semangat dan melatih keberaniannya agar kata takut dan pengecut tidak lagi melekat dalam dirinya. Takut dan pengecut tidak boleh ada dalam memperjuangkan dakwah. Adapun bentuk-bentuk yang menghantarkan diri seorang aktivis memiliki sifat asy syaja’ah adalah hal-hal berikut ini:
Al Iman bil Ghaib (Iman Dengan Yang Ghaib)
Dasar yang amat kukuh,untuk menguatkan sikap asy syaja’ah dalam diri penggerak dakwah adalah memperkuat keyakinannya akan hal-hal yang ghaib. Seperti yakin akan pertolongan Allah SWT. Yakin akan malaikat-malaikat-Nya yang sentiasa membantu orang yang memperjuangkan agama Allah SWT. Begitu pula yakin akan kehidupan akhirat yang ditentukan oleh amaliyah kita di dunia ini, khususnya amal-amal dakwah.
Keyakinan pada hal yang ghaib memunculkan sikap berani, tidak takut terhadap apa yang terjadi. Kerana semua yang bakal terjadi telah menjadi ketentuan dalam kehidupan seseorang. Ia merupakan takdir yang telah ditetapkan. Sebagaimana pengalaman nyata yang menarik dari seorang penggerak dakwah yang diancam atas perjuangannya selama ini. Tatkala di atas kepalanya diacukan pistol. Lalu sang pemukul mengatakan, ‘Mana Tuhanmu, Apakah ia dapat menyelamatkan kamu kalau picul pistol ini kugerakkan. Dan hancurlah otak kepalamu berkeping-keping. Jawab sang aktivis, Bila Tuhanku tidak mengizinkan pistol itu mengeluarkan peluru, maka aku tidak akan mati. Atau kalaupun pistol itu mengeluarkan peluru namun Tuhanku tidak menetapkan aku mati maka aku pun tidak akan mati’. Jawapan ini sebagai jawapan atas keyakinan pada Yang Ghaib, yakni Allah SWT.
Keyakinan semacam ini adalah buah dari tarbiyah yang telah menanamkan rasa takut hanya pada Allah SWT. dan sentiasa bergantung pada-Nya. Sehingga aktivis memiliki pegangan yang teramat kuat. Lantaran pegangan dirinya kepada yang Maha Kuat ia tidak pernah mundur menghadapi cubaan dan rintangan dakwah. Demikianlah hasil dari proses tarbiyah yang panjang, membina aktivis untuk sentiasa yakin dengan sebenar-benarnya pada kekuatan yang Ghaib.
Rasulullah SAW. telah mengingatkan Abu Bakar RA. akan keyakinan pada Rabbul Izzati. Di saat orang-orang kafir sudah berada di gua Tsur ingin membunuhnya. Abu Bakar merasa cemas, Ya Rasulullah, sekiranya salah satu dari mereka melihat ke arah mulut gua maka mereka pasti akan melihat kita. Nabi SAW. menenangkannya dengan menyatakan, ‘duhai Abu Bakar, apakah kamu mengira kita di sini Cuma berdua. Tidak, Abu Bakar, kita di sini bertiga. Janganlah takut dan gentar, Allah bersama kita.
Jiwa para aktivis tidak boleh luput untuk selalu berinteraksi pada Allah SWT. agar dikuatkan diri dan jiwa dalam memperjuangkan dakwah, kerana kemenangan para pejuang dakwah bukan ditentukan oleh kekuatan fizik, mental tapi melainkan kekuatan dari Yang Maha Perkasa.
Al Mujahadah Ala Al Khauf (Menaklukkan Rasa Takut)
Kenyataan ini merupakan watak alamiyah yang dimiliki setiap insan. Seperti takut terbakar, tenggelam, terjatuh di mangsa binatang buas dan lain sebagainya. Namun rasa takut semacam itu harus berada di bawah khauf syar’i yakni takut kepada Allah SWT. Sehingga setiap aktivis dakwah sepatutnya menaklukkan rasa takut thabi’inya dengan mengkedepankan rasa takut kepada Rabbbul Izzati. Dengan begitu mereka akan ringan dalam memperjuangkan dakwah, tidak maju mundur lantaran ketakutan-ketakutan yang ada pada dirinya.
Hal tersebut secara indah dapat dilihat pada kisah Nabi Musa AS., Ibrahim AS. dan Muhammad SAW. Rasa takut pada kemungkinan tenggelam ke laut merah teratasi oleh ketenangan, keyakinan dan keberanian Nabi Musa AS. yang sentiasa yakin Allah bersamanya dan akan menunjukinya jalan. Dan benar saja Allah memberinya jalan keluar berupa mukjizat berupa terbelahnya laut merah dengan pukulan tongkatnya sehingga dapat dilalui oleh Nabi Musa dan pengikutnya. Kemudian laut itu menyatu kembali dan menenggelamkan Firaun beserta tentaranya.
Kisah yang tak kalah mencengangkan terlihat pada peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim AS. Rasa takut thabi’i terhadap api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada Allah saja. Dan subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah-Nya kepada api agar menjadi dingin dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim AS.
Demikian juga apa yang dialami para murid-murid syeikh Umar Tilmisani yang harus menerima hukuman atas perjuangannya selama ini. Sang syeikh digugat jiwa dan imannya oleh murid-muridnya yang telah disiksa musuh-musuh dakwah. Ada yang digantung, ada yang dielektrik, ada yang dibunuh. Para murid meminta syeikh untuk keringanan hukuman yang mereka deritai kerana rasa takut yang luar biasa. Syeikh mengusir rasa takut murid-muridnya dengan menyatakan, ‘wahai murid-muridku. Musuh-musuh Allah itu dapat berbuat apa saja pada kita. Mereka mampu mencincang kita, mereka juga dapat menggantung kita, mereka juga dapat membunuh kita. Namun ada hal yang harus kamu yakini bahawa mereka tidak akan pernah melakukannya di tempat yang tidak ada Allahnya. Pasti Allah bersama kalian dalam berbagai keadaan’.
Selayaknya setiap aktivis dakwah selalu menundukkan rasa takut insaniyahnya dengan memenuhi rasa takut syar’inya. Sehingga yang selalu tertanam dalam dirinya hanya takut pada Allah semata. Dan tidak pernah gentar akan kekuatan-kekuatan selain Allah SWT.
Bersambung....
Label: artikel
Catat Ulasan
<< Hadapan