Kenikmatan dan kemudahan sering memancing diri untuk bersikap sombong, angkuh, bangga dan ujub lantaran seseorang merasa ia dapat melakukan apa saja yang diinginkan. Namun dengan adanya musibah dan ujian yang Allah swt berikan, maka penyakit-penyakit hati seperti itu dapat..sirna, lalu jiwa menjadi bersih kerana rahmat dan kurnia Allah. lmam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, "Hati dan roh dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat dari penderitaan dan penyakit, kebersihan hati dan roh itu tergantung sejauh mana penderitaan jasmani dan kesulitannya. " Lebih lanjut ia mengatakan, "Kalau bukan kerana cubaan dan musibah di dunia ini, nescaya manusia terkena panyakit hati seperti: al kibr (kesombongan), al ujub (bangga diri) dan al qaswah (keras hati). Padahal sifat-sifat itulah yang menyebabkan kehancuran bagi seseorang di dunia dan di akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah, sehingga dirinya terlindungi dari berbagai penyakit hati dan terjaga kemurnian ubudiyyahnya (kepada Allah). Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian” (Tuhfatul Mariidh/ 25) .
Maka, seharusnya kesulitan dan musibah, mendorong kita lebih merasakan kekerdilan di hadapan Allah swt. Ketika itulah kita lebih mendalami makna ketundukan, kepasrahan dan ketawakkalan kepada Allah swt, Terbitlah kembali sinar keimanan dalam diri kepada AIIah swt. Hangatlah jiwa dengan kedekatan kepada Allah swt. Jika itu terjadi, sesungguhnya ketika itulah rahmat Allah swt sedang turun kepada orang tersebut. Allah berfirman :"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami timpa mereka dengan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk dan merendahkan diri (Surah Al-An’am : 42)
4. Lebih baik kerana dapat menjadi sebab perubahan yang pasti lebih baik Apapun pengorbanan, penderitaan, kesulitan yang dilakukan dan dialami seorang mukmin pasti memberi perubahan yang lebih baik.Bahkan sedekah yang dikeluarkan dapat menghilangkan penyakit yang dideritai, kerana, Rasulullah saw bersabda, "Ubatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah” (Shohih al-jami’). Ini petanda yang semakin menambah kepastian bahawa semua yang kesulitan, pengorbanan dan apapun yang dilakukan di jalan kebaikan, pasti membawa perubahan pada sesuatu yang lebih baik. Sedekah yang secara zahir mengeluarkan wang untuk kepentingan orang Iain, ternyata bermakna menyembuhkan penyakit sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw itu.
Perhatikanlah ungkapan Ummu Salamah, "Tidak ada seorang Muslim pun yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah; inna lillahi wa inna ilaihi raji’un Allahumma ajirni fil mushibati wakhluf lii khairan minha’, kecuali Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik darinya", Maka ketika Abu Salamah wafat, aku bergumam, 'Siapa seorang Muslim yang lebih baik dari Abu Salamah? Sebuah keluarga yang pertama kali berhijrah kepada Rasulullah? Namun Ialu aku mengucapkannya. Dan Allah menggantikannya dengan Rasulullah saw." (HR: Muslim).
Ternyata dalam keadaan apapun yang dialami oleh seorang beriman akan selalu memperolehi kebaikan dan kebaikan. Seperti kekaguman yang disabdakan Rasulullah saw, "Sungguh mengagumkan urusan seorang Mukmin, sungguh seluruh urusannya adalah bernilai kebaikan, dan tiada seorangpun yang mendapatkan hal itu kecuali hanya seorang Mukmin, jika mendapat nikmat dia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika tertimpa musibah dia bersabar dan itu adalah baik baginya." (HR. Muslim).
Perlu difahami adalah, kita tidak pernah tahu pasti; apa hikmah kebaikan, yang pasti ada di balik sebuah musibah atau pengorbanan yang kita lakukan. Sehingga kita tidak perlu menunggu dan menanti-nanti, kenapa kebaikan itu tidak juga datang setelah kita mengalami serangkaian musibah dan kesempitan. Mari kita perhatikan bagaimana dimensi perenungan Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitab Shaidul Khatir terkait kesulitan hidup yang dialami seseorang, dan bagaimana tahapan demi tahapan yang seharusnya kita jalani.
Ia menuliskan, “Orang yang ditimpa ujian dan ingin terbebas dari ujian hendaknya menganggap bahawa ujian itu lebih mudah dari apa yang mudah. Selanjutnya, hendaklah membayangkan pahala yang akan diterima dan menduga akan turunnya ujian yang lebih besar. Ujian itu seperti tetamu yang berkunjung, kerana itu, penuhi secepatnya apa yang diperlukan dalam ujian, agar cepat berlalu dan mendatangkan kenikmatan, pujian serta khabar menggembirakan di akhirat. Dalam menghadapi kesusahan, kita sebaiknya meniti setiap detik, mencermati apa yang telah terjadi di dalam jiwa dan mengamati segala gerakan organ tubuh yang didasari kekhawatiran kalau-kalau Iisan salah mengucap atau dari hati keluar kurang bersyukur."
Semua falsafah itu merupakan ruang yang sangat Iuas untuk kita nikmati saat memasuki ruang kehidupan kita yang mungkin dirasa kian terhimpit dan sempit kerana beragam keadaan. Inilah jendela Islam yang dapat memberi nafas panjang dalam dada setiap orang beriman yang menjadikan setiap kita dapat memandang sisi kebaikan di balik apapun peristiwa hidup ini. Maka, doa kita yang berbunyi, "Ya.. Allah, gantilah dengan yang lebih baik", sebenarnya sudah menjadi kenescayaan yang sekaligus ketetapan Allah bahawa semuanya pasti mendatangkan sesuatu yang lebih baik. Yakinlah.
WaallahuAlam bishowab..
Label: artikel
Catat Ulasan
<< Hadapan