“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Jika dunia adalah penjara, maka kematian adalah kunci pembebasannya.
Hal ini bukan bererti agar kita mengharap-harap kematian, atau malahan mendahului takdir Allah dalam hal kematian.
Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian dan jangan pula memohonnya sebelum kematian itu datang menjemputnya. Sesungguhnya apabila seorang di antara kamu meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya dan sesungguhnya usia seorang mukmin itu akan menambah kebajikan (bagi dirinya). (HR Muslim)
Tambahan pula jika perbuatan/tingkahlaku kita selama di dunia merupakan amalan-amalan yang rosak/kotor/buruk, dengan terlepas dari dunia, kita tentu akan bertemu dengan ganjarannya (berupa siksaan/azab). Naudzubillah.
Dunia adalah penjara, membatasi kita
Jeruji penjara membatasi gerak-langkah penghuninya. Mungkin seperti itu pula yang dimaksud dengan “dunia adalah penjara” bagi kaum muslimin. Ada batasan-batasan yang jelas dan tegas yang harus perlu kita patuhi.
Kita harus mampu menahan diri dari beberapa hal yang terlihat “indah” semacam perzinaan, minuman keras, harta yang tidak halal (rasuah, suap, riba) dan lain sebagainya.
Syurga adalah tempat kembali kita (Insya Allah)
Selama berada dalam “penjara”, bersabarlah, ikutilah peraturannya, jalankan perintahNya, jauhi laranganNya. Janganlah merasa lelah berada dalam kebaikan, kerana “penjara” ini hanya sementara, sebentar saja.
Akhirat adalah tempat kembali kita, dan hanya ada dua pilihan tempat di sana, syurga atau neraka. Tingkah-laku kita selama berada di dalam “penjara” inilah yang menentukannya. Jika khilaf atau salah, bertaubatlah, sebab tidak ada manusia yang hidup tanpa kesalahan. Jauhi diri dari mengerjakan dosa-dosa besar (syirik, zina, derhaka kepada orangtua, membunuh, dll).
Jalani hari-hari di dalamnya dengan perbuatan sebagai seorang muslim, iaitu mengesakan Allah (memurnikan tauhid, tidak berbuat syirik), menjalankan solat 5 waktu sehari, puasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan pergi haji (jika mampu).
Semoga setelah kita “terbebas” dari “penjara” ini, kita akan menerima penyambutan yang meriah,
(iaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum" (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra'd: 23-24)
Label: artikel
Catat Ulasan
<< Hadapan