Sangat mudah, dan ringan sekali mulut kita membicarakan orang lain. Dan terkadang, memang begitulah hobi manusia dalam mengisi waktu lapang/kesenangan -disedari ataupun tidak- iaitu: mengatakan orang lain.
Lidah memang tidak bertulang, tapi lidah yang tanpa tulang ini, dapat menjadi jauh lebih tajam dan menyakitkan dari pada sebilah pedang.
Peringatan tentang hal ini telah disampaikan oleh suri teladan terbaik umat manusia, Rasulullah Muhammad SAW,
Kebanyakan dosa anak Adam kerana lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Dan bahkan ada ganjaran kebaikan yang besar bagi orang-orang yang mampu mengendalikan lisannya dari mengucap hal yang buruk,
Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) nescaya aku menjamin baginya syurga. (HR. Bukhari)
Berkata sesuai Fakta (?)
"kita bukan memfitnah tapi Cuma mengatakan hal yang fakta ", begitu alasan mereka.
Seandainya memang benar bahawa apa-apa yang dibicarakan itu merupakan kebenaran (fakta), namun tetap lebih utama bagi kita untuk menghindari pembicaraan yang menyangkut hal-hal yang tidak baik dalam diri orang lain,
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahawa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian, apa itu ghibah." Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Iaitu, engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan, maka engkau telah mengumpatnya dan jika tidak ada, maka engkau telah membuat kebohongan atasnya." (HR. Muslim)
Perhatikanlah Diri Sendiri
Dan sebagaimana hadits yang telah diungkap di awal tulisan,
Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain. (HR. Ad-Dailami)
Maka akan lebih baik bagi kita untuk lebih mencermati kekurangan, keburukan, dan aib yang ada pada diri kita sendiri. Tentunya sebagai bahagian dari perhatian diri, bahan muhasabah, perbaikan, dan juga bermohonan taubat/ampunan.
Seandainya hal ini kita semua lakukan, tentu tidak akan pernah ada pepatah yang mengatakan “semut di hujung lautan, tampak; gajah di pelupuk mata, tidak nampak.” Beruntunglah bagi orang-orang yang sibuk memperbaiki diri, berbahagialah mereka.
Label: artikel
Catat Ulasan
<< Hadapan